Sabtu, 06 Juni 2009

Tawuran

Anda mungkin masih ingat bahwa ada semacam "tradisi" tawuran tahunan antara fakultas fisip dan teknik di Universitas Hasanudin, Makassar. Kata orang-orang, itulah yang menyebabkan Fakultas teknik dipisah jauh dari kampus induknya.

Di Jakarta, ada tawuran yang terbilang terjadi hampir setiap bulan antara UKI dan YAI di Salemba. Kerapkali, tawuran ini sampai menutup jalan ujung Diponegoro yang merupakan pintu masuk RSCM. Selain pengunjung RS, banyak kendaraan yang terjebak juga kena getahnya. Rusak kena lemparan batu.

Bukan hanya kampus, antar kampung juga kerap tawuran. Dulu, kawasan Berlan di Matraman juga sering heboh dengan tawuran. Kalau sekarang yang masih sering kampong di dekat stasiun Manggarai. Di tempat lain, seperti Lombok (saya lupa nama desanya) ada dua desa bersebelahan yang sudah hampir sepuluh tahun selalu terlibat tawuran antar kampung. Belum lagi kalau kita tambah dari laporan media massa tentang tawuran antar desa di kawasan Cirebon, Indramayu dan Tegal. Ajaib juga, kadang teritori yang membatasi antar kampong yang tawuran adalah rel kereta, parit , selokan, dan lapangan bola. Tawuran skala massal yang sudah mengarah ke perang sipil juga pernah terjadi di Maluku, Sambas dan Poso.

Apakah sebagian besar bangsa kita sebenarnya gemar dengan kekerasan. Mungkin saja. Ya, sekali saja “peperangan” disulut sulit sekali bara api itu padam. yang besar-besar malah butuh ratusan tahun. Saya jadi ingat cerita-cerita tentang sulitnya orang sunda totok menika dengan orang jawa totok menikah lantaran zaman dahulu ada perang Gajah Mada dengan Prabu Siliwangi. Atau, persaingan Makassar dan Bugis karena terbebani perang masalalu di masa Aru Palaka.

Meski demikian, harus selalu diciptakan peluang membangun hubungan baru yang setara dari kelompok-kelompok yang tawuran. Dan, kalau mengharap polisi semata tidak akan pernah berhasil. Mungkin butuh para intelektual. Tapi bukankah pusat penggemblengan intelektual alias kampus sedang tawuran.
Hmmm…

Tidak ada komentar: